Sabtu, 13 September 2014

Sejarah Jam Gadang

sejarah jam gadang
sejarah jam gadang
Sejarah jam Gadang dimulai pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Jam Gadang rampung dibuat di thn. 1926 merupakan hadiah Ratu Belanda untuk Rook Maker,seorang sekretaris alias controleur Fort de Kock (kini menjadi Kota Bukittinggi) . Rancangan menara jam tersebut dibuat Yazid Rajo Mangkuto. Pembuatan Jam Gadang menggunakan anggaran kurang lebih 3000 Gulden, terhitung spektakuler untuk kondisi saat itu. Semenjak pertama dibuat sampai diresmikannya, menara jam tersebut sudah sebagai titik perhatian tiap-tiap orang. Hal itu lah yang menyebabkan Jam Gadang selanjutnya digunakan menjadi penanda atau landmark sekaligus titik nol Kota Bukittinggi.
Bangunan Jam Gadang mempunyai denah dasar berukuran 13 x 4 m. Sebelah dalam menara jam mempunyai tinggi 26 m itu tersusun dari sejumlah tingkat, dimana tingkat paling atas adalah area penyimpanan bandul. Bandul itu pernah patah sampai mesti diganti karena gempa di thn. 2007. Ada 4 jam yang mempunyai garis tengah tiap-tiapnya yaitu 80 cm. Jam itu dikirim langsung dari Rotterdam, Belanda lewat pelabuhan Teluk Bayur serta digerakkan menggunakan mekanik dari mesin yang cuma diproduksi 2 buah saja di dunia, yakni Jam Gadang serta Big Ben di London, Inggris.
Mesin jam serta permukaan jam terdapat di satu tingkat di bawah tingkat teratas. Di sisi lonceng tercantum produsen jam yakni Vortmann Relinghausen. Vortman merupakan nama belakang pencipta jam, Benhard Vortmann, adapun Recklinghausen merupakan nama sebuah kota di Jerman sebagai daerah dibuatnya mesin jam di thn. 1892.
Semenjak dibangun, menara jam itu sudah melalui 4 kali renovasi model atapnya. Pertama dibangun di era Hindia-Belanda, atap Jam Gadang berwujud bulat yang mempunyai patung ayam jantan menjurus ke timur di atasnya. Berikutnya di waktu pendudukan Jepang diganti jadi model pagoda. Belakangan sesudah Indonesia merdeka, atap Jam Gadang diganti lagi jadi model gonjong atau atap rumah adat Minangkabau yaitu Rumah Gadang. Rehab paling akhir yang dilaksanakan terhadap Jam Gadang ialah di thn. 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bersama bantuan pemerintah kota Bukittinggi serta Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Rehab itu diresmikan pas di ulang tahun kota Bukittinggi ke 262 yaitu 22 Desember 2010 silam.
sumber:http://duniasejarah.com/bangunan/sedikit-paham-sejarah-jam-gadang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar